BATU, RadarBangsa.co.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menutup Pelatihan Disaster Leadership Academy (DiLA) di Coban Rais Kota Batu, Sabtu (27/1).
Dalam pelatihan dua hari ini, para pejabat pimpinan tinggi pratama secara khusus diajak untuk mempersiapkan diri menghadapi kejadian bencana. Gubernur Khofifah mengungkapkan bahwa pelatihan DiLA merupakan langkah penting untuk membangun kesadaran di seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bahwa penanggulangan bencana memerlukan sinergitas dan kolaborasi yang kuat antar OPD.
“Kami tidak hanya bergantung pada BPBD, Dinsos, dan Dinkes, tetapi kerjasama lintas lembaga sangat diperlukan. Kesadaran ini harus dibangun di seluruh OPD,” ungkap Gubernur Khofifah.
Gubernur Khofifah juga menyoroti fakta bahwa Jawa Timur berada di daerah rawan bencana, terutama bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung, banjir, gempa, dan tanah longsor.
Menurut data BPBD Jatim, jumlah kejadian bencana pada tahun 2023 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, tercatat 244 kejadian bencana, yang didominasi oleh banjir dan angin kencang. Sementara itu, pada tahun 2023, jumlahnya turun menjadi 117 kejadian bencana, masih didominasi oleh angin kencang/angin puting beliung.
“Angin puting beliung menjadi bencana alam paling sering terjadi pada tahun lalu. Kita harus siap siaga, melakukan mitigasi bersama, dan melibatkan seluruh OPD,” tambahnya.
DiLA diadakan sebagai upaya untuk menyiapkan tim yang komprehensif. Peserta tidak hanya menerima materi teoritis, tetapi juga melakukan praktek di lapangan, termasuk dukungan psikososial untuk korban bencana, membangun tenda, menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Basic Life Support, dan permasalahan pemakanan saat kebencanaan.
Gubernur Khofifah juga menekankan penguatan sinergitas dan kolaborasi dengan Kodam V/Brawijaya dan Polda Jatim untuk mitigasi bencana, terutama selama musim penghujan.
“Penguatan sinergitas dengan Kodam dan Polda terus kita lakukan. Jaringan di tingkat bawah diperkuat, dan konektivitas dengan rumah sakit di berbagai daerah juga menjadi fokus,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan pelatihan, 77 peserta DiLA dikukuhkan sebagai Sahabat Tagana. Proses ini ditandai dengan penyerahan pin lencana secara simbolis oleh Gubernur Khofifah kepada peserta.
Kepala BPSDM Jawa Timur, Ramliyanto, melaporkan bahwa penyelenggaraan Pelatihan DiLA tahun 2024 ini didasarkan pada kesadaran bahwa penanganan bencana bukan hanya tanggung jawab BPBD, tetapi memerlukan sinergitas dan kolaborasi seluruh OPD di Jawa Timur, termasuk BPBD, Dinsos, BPSDM, Satpol PP, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, hingga Rumah Sakit.
“Kegiatan ini adalah bagian dari upaya kami di BPSDM Jawa Timur untuk mengimplementasikan arahan Ibu Gubernur terkait rembug nyekrup. Ini merupakan kesadaran kolektif bahwa penanganan bencana adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya BPBD dan dinas sosial,” jelasnya.