NGANJUK, RadarBangsa.co.id — Di tengah kesibukannya sebagai anggota DPD RI, Lia Istifhama tetap menyempatkan waktu untuk berbaur dengan masyarakat. Perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu tampak menikmati suasana santai saat memancing bersama warga di salah satu kolam pemancingan di Kabupaten Nganjuk.
Tanpa protokoler berlebihan, Ning Lia duduk santai di tepi kolam sambil memegang joran. Di sekelilingnya, warga tampak antusias berbincang ringan dan tertawa bersama. Tak ada jarak antara pejabat dan masyarakat, suasana yang tercipta benar-benar cair dan penuh keakraban.
“Bu Lia itu orangnya sederhana, nggak sungkan ngobrol dan bercanda. Rasanya seperti teman sendiri,” ujar salah satu warga yang turut hadir di lokasi.
Momen tersebut menjadi potret lain dari sosok senator asal Jawa Timur yang dikenal hangat dan rendah hati. Selama ini, Ning Lia aktif dalam berbagai kegiatan sosial, pemberdayaan perempuan, hingga isu-isu kepemudaan. Bagi dia, kedekatan dengan masyarakat bukan sekadar simbol, tetapi bentuk nyata dari kepemimpinan yang humanis.
“Bagi saya, duduk bareng warga, mendengar langsung cerita dan harapan mereka, itu bagian dari tugas. Karena pemimpin itu harus hadir, bukan hanya di ruang formal, tapi juga di tengah kehidupan masyarakat,” ujar Lia dengan senyum ramah.
Perempuan yang juga aktif di berbagai kegiatan keagamaan itu menilai, momen sederhana seperti memancing bisa menjadi ruang membangun komunikasi yang lebih terbuka dengan masyarakat. Ia percaya, pendekatan yang tulus akan menumbuhkan kepercayaan dan memperkuat hubungan antara pemimpin dan rakyat.
Kehadirannya di tengah warga Nganjuk juga dianggap membawa suasana positif. Banyak warga yang mengapresiasi sikap santai Ning Lia yang tidak menjaga jarak, bahkan terlihat menikmati setiap obrolan ringan yang muncul di sela aktivitas memancing.
“Jarang ada pejabat yang mau turun langsung seperti ini. Bu Lia beda, beliau mau mendengarkan dan berbaur tanpa batas,” kata seorang warga lainnya.
Bagi Ning Lia, setiap pertemuan dengan masyarakat memiliki makna tersendiri. Ia berharap, momen kebersamaan seperti itu bisa menjadi pengingat bahwa pemimpin sejati harus hadir dengan hati.
“Dekat dengan rakyat itu bukan pencitraan, tapi panggilan nurani. Karena dari merekalah semangat pengabdian itu lahir,” tutupnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin