MOJOKERTO, RadarBangsa.co.id – Menjelang Pilkada dan perayaan Natal serta Tahun Baru (Nataru), Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Mojokerto menggelar inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Tanjung, Kota Mojokerto, Sabtu (16/11). Sidak ini bertujuan untuk memantau stabilitas harga bahan pokok serta mendengarkan langsung keluhan pedagang pasar tradisional.
Ketua DPD IKAPPI Mojokerto Raya, Devi Setyorini, menyampaikan bahwa sejauh ini harga bahan pokok masih terpantau stabil. “Harga ayam berkisar Rp34 ribu–Rp35 ribu per kilogram, daging sapi Rp120 ribu per kilogram, dan cabai Rp25 ribu per kilogram. Untuk beras, SPHP 5 kilogram dijual Rp60 ribu, sedangkan beras merek Bramu 5 kilogram mencapai Rp85 ribu,” jelas Devi. Sementara itu, harga bawang merah tercatat Rp38 ribu per kilogram, dan bawang putih Rp36 ribu per kilogram. Minyak goreng merek Minyak Kita 1 liter dijual Rp17 ribu, sedangkan SunCo 2 liter seharga Rp38 ribu. Gula pasir dipatok Rp16 ribu per kilogram.
Meskipun pasokan bahan pokok aman, Devi menyoroti keluhan pedagang, terutama pedagang kecil yang banyak di antaranya sudah lanjut usia. Salah satu pedagang lansia berusia 63 tahun mengungkapkan bahwa dirinya belum pernah menerima bantuan sosial seperti BLT atau sembako, meskipun penghasilannya sangat kecil. “Kami butuh bantuan dari pemerintah, karena penghasilan kami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan,” ujarnya.
Selain itu, banyak pedagang mengeluhkan penurunan omzet karena sepinya pengunjung, yang diduga akibat maraknya belanja online. Pedagang juga mengkritisi fasilitas pasar yang dianggap kurang memadai. “Atap pasar terlalu pendek, membuat suasana sangat panas. Pengunjung jadi tidak betah, dan dagangan kami sulit laku,” keluh salah seorang pedagang.
Devi berharap pemerintah daerah memperhatikan hasil sidak ini dan segera menyalurkan bantuan sosial yang tepat sasaran serta memperbaiki fasilitas pasar tradisional. “Kami berharap pemerintah tidak hanya memantau, tetapi juga segera bertindak. Pasar tradisional adalah tulang punggung perekonomian lokal, dan kita tidak boleh membiarkannya mati perlahan,” tegas Devi.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin