PASURUAN,RadarBangsa.co.id – Semenjak wabah pandemi Covid 19 melanda di sejumlah negara termasuk di Indonesia, semakin hari kian memberikan dampak terburuk pada kehidupan manusia dari sejumlah aspek yang ada.
Baik dampak terhadap stabilitas keamanan dan kenyamanan, lumpuhnya aktivitas, termasuk dampak terhadap ekonomi dan sosial ditengah masyarakat.
Salah satunya seperti yang saat ini dirasakan oleh para pelaku atau pekerja Seniman, khususnya oleh Ki Sabdo Sinokarto selaku Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan bersama Seniman lainnya asal dari Pandaan dan Prigen Kabupaten Pasuruan.
Yang mana para Seniman ini juga tidak bisa lagi melakukan aktivitas seperti sebelumnya, lantaran juga ikut terdampak atas sejumlah kebijakan yang di keluarkan oleh Pemerintah tentang larangan social distancing atau pun yang lainnya.
Untuk demi bertahan hidup akibat pandemi Covid 19 yang berkepanjangan, Seniman Ki Sabdo Sinokarto bersama 5 Seniman lainnya dengan mengambil langkah terpaksa harus menjual dan menawarkan sejumlah alat seni miliknya kepada pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan pada Rabu (13/5) pagi.
Dengan harapan, agar pihak Pemerintah betul-betul memperhatikan nasib daripada pelaku atau pekerja Seni yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan khususnya di tengah pandemi Covid 19 saat ini.
“Kita hari ini menjual barang-barang seni yang kami punya, karena sampai hari ini kami juga tidak melihat atensi dari Pemkab Pasuruan terhadap nasib pekerja seni yang juga terdampak corona. Dan apakah kami di biarkan mati karena pandemi ini??”. Ujar Ki Bagong, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan.
Dari barang-barang atau alat seni yang di tawarkan tersebut diantaranya berupa 3 blangkon berbeda, cambuk, keris, wayang kuda lumping, topeng dan gitar kecruk (kecil)
Sambil berjalan kaki menyusuri setiap jalan yang ada di pusat perniagaan Kota Pasuruan, Ki Bagong Sabdo Sinokarto bersama Seniman lain menghampiri Rumah Dinas (Rumdin) milik Bupati dan Wakil Bupati Pasuruan untuk menawarkan sejumlah alat seni dengan harapan untuk dibeli.
Tidak patah semangat, bahkan sejumlah Seniman itu juga berlanjut jalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter menuju ke kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang berada di dalam kompleks kantor Pemkab Pasuruan di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur.
“Harapan saya Pemerintah peduli, artinya kalau memang ingin memberikan bantuan silahkan tapi ya jangan hanya sekedar menjanjikan. Karena kebutuhan kami tidak bisa di tawar lagi, apapun ketika berbicara perut tentu mereka sangat membutuhkan sekali”. Harapnya Ki Bagong.
Dimana Ki Bagong sendiri juga menceritakan mengenai nasib dan kondisi yang dialami daripada pekerja Seni di tengah pandemi saat ini, karena hampir seluruh aktivitas keseniannya tidak bisa dilakukan.
Sedangkan mengenai pemanfaatan terhadap dunia IT atau teknology sebagai media virtual dalam melakukan aktivitas Seni, Ki Bagong juga mengatakan bahwa tidak semua pelaku seni mengerti teknology khususnya para Seniman tradisional.
Sehingga menurut Ki Bagong banyak para pelaku Seniman menjual apa yang mereka punya. Tentunya tidak lain adalah demi menyambung hidup, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi keluarga yang ada di rumah.
“Selama ini kami tidak bisa melakukan apa-apa terlebih dengan kondisi yang ada saat ini, dan ini sudah sampai pada titik nadi. Akhirnya apa yang kita punya tentu akan kita jual, karena kita minta-minta kepada pihak Pemerintah juga tidak ada realisasinya”. Tambahnya.
Bahkan demi menarik perhatian dari Pemerintah setempat selama pandemi Covid 19, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Pasuruan sudah 3 kali melaksanakan bagi-bagi sembako kepada para Seniman lain.
Dengan maksud dan tujuan untuk memotivasi kepada pihak Pemerintah senantiasa melalukan hal yang sama, namun hal tersebut justru tidak ada perhatian dari pihak Bupati atau pun Dinas terkait kepada para Seniman yang ada.
“Bahkan Dewan Kesenian sampai hari ini malah sudah tiga kali melakukan bhakti sosial berupa bagi sembako terhadap seniman, dengan harapan ingin memantik dan nyatanya tidak ada respon dari Pemerintah sekali terhadap pekerja seni yang ada di Pasuruan”. Pungkasnya.
(Ank/Ek)