KULONPROGO, RadarBangsa.co.id – Kulonprogo terus menguatkan identitasnya sebagai daerah yang inklusif dan peduli terhadap keberagaman kebutuhan warganya. Salah satu langkah nyatanya terlihat dalam pelaksanaan Fam Trip Difabel 2025, sebuah program tahunan yang secara khusus dirancang untuk memperluas akses wisata bagi penyandang disabilitas. Kegiatan ini dilepas secara simbolis oleh Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, Joko Mursito, Selasa (8/7/2025), dengan semangat membangun pariwisata yang ramah, adil, dan manusiawi.
Kegiatan Fam Trip ini mengajak para peserta menyusuri sejumlah destinasi unggulan di wilayah Kulonprogo. Rute yang dipilih mencakup Desa Wisata Jatimulyo, Purwosari, dan berakhir di Amphiteater Tonogoro. Di titik akhir, peserta akan disambut langsung oleh Bupati Kulonprogo, Agung Setiawan, sekaligus menutup perjalanan dengan seremoni penghormatan bagi peserta yang telah menunjukkan semangat luar biasa.
Di lokasi tersebut, peserta juga berkesempatan mengunjungi Gedung Inclusive Tourism Information Center (ITIC), yang diklaim sebagai pusat informasi wisata inklusif pertama di Indonesia. Gedung ini tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga dilengkapi dengan teknologi Virtual Reality (VR) yang memungkinkan penyandang disabilitas menjelajahi destinasi wisata secara virtual.
Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, Joko Mursito, menegaskan bahwa program ini merupakan langkah konkret dalam mendorong kesetaraan di sektor pariwisata.
“Ini bukan sekadar perjalanan wisata biasa, tapi bentuk nyata kepedulian kita agar saudara-saudara penyandang disabilitas juga bisa menikmati indahnya Kulonprogo secara setara,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan ini juga bagian dari kampanye bertajuk “Laku Rasa”, akronim dari Layanan Kulonprogo Wisata Ramah Disabilitas, yang didesain untuk mendorong desa wisata dan pelaku pariwisata lokal agar mulai mengintegrasikan prinsip inklusivitas dalam pelayanan mereka.
“Kami ingin menegaskan bahwa pariwisata inklusif bukan wacana. Fam Trip Difabel ini adalah bukti bahwa akses wisata yang ramah dan manusiawi bisa diwujudkan di Kulonprogo,” lanjut Joko.
Dengan teknologi seperti VR, peserta dengan keterbatasan mobilitas tetap bisa menjelajahi potensi wisata daerah secara menyeluruh. Inovasi ini disebut sebagai bagian dari strategi digitalisasi inklusif.
“Dengan fasilitas teknologi seperti VR di pusat informasi ITIC, kami ingin semua orang—terlepas dari keterbatasannya—bisa merasakan pengalaman wisata yang utuh dan berkesan,” katanya lagi.
Bupati Kulonprogo Agung Setiawan yang dijadwalkan menyambut langsung peserta di akhir perjalanan turut memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Fam Trip Difabel ini menjadi cermin semangat gotong royong kita dalam membangun wisata yang memuliakan semua kalangan, tanpa kecuali,” ujarnya.
Ia menambahkan, Kulonprogo ingin menjadi contoh daerah yang mampu menghadirkan pariwisata yang bukan hanya mengedepankan potensi alam dan budaya, tetapi juga memanusiakan semua pengunjung.
“Kulonprogo ingin menjadi contoh bahwa inklusivitas dalam pariwisata bukanlah beban, melainkan kekuatan baru untuk membangun daerah yang lebih adil dan ramah semua orang,” tandas Agung.
Dengan pelaksanaan Fam Trip Difabel 2025 ini, Kulonprogo berharap semakin banyak desa wisata yang tergerak untuk memperbaiki aksesibilitas dan pelayanan terhadap penyandang disabilitas. Inklusivitas kini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan dalam pembangunan sektor pariwisata yang berkelanjutan dan berpihak pada semua.
Penulis : Paiman
Editor : Zainul Arifin