MADIUN, RadarBangsa.co.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menginstruksikan seluruh bupati dan wali kota di provinsi ini untuk segera menyerap hasil panen tomat dari petani. Langkah itu dinilai penting untuk menjaga stabilitas harga sekaligus melindungi petani dari kerugian akibat anjloknya nilai jual di tingkat lahan.
Ajakan tersebut disampaikan Khofifah saat melakukan aksi nyata dengan menyerap langsung 1,3 ton tomat di Desa Kare, Kabupaten Madiun, Jumat (26/9). Menurutnya, tomat kini menjadi komoditas yang paling berkontribusi terhadap deflasi di 14 kabupaten/kota Jawa Timur pada Agustus 2025.
“Satu yang menyebabkan deflasi di 14 kabupaten/kota itu adalah tomat. Saat ini tomat di Jatim over supply. Untuk itu, saya minta bupati/wali kota ikut menyerap hasil panen tomat di masing-masing daerah. Kalau dulu ada over supply cabai, saya juga minta mereka serap cabai. Sekarang saatnya ikut menyerap tomat agar harga kembali normal,” ujar Khofifah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Timur mengalami deflasi bulanan (month to month) sebesar 0,10 persen pada Agustus 2025, dari indeks 108,76 pada Juli menjadi 108,65. Dari catatan tersebut, tomat menjadi penyumbang utama karena harga di tingkat petani terjun bebas hingga Rp2.000 per kilogram akibat kelebihan pasokan.
Untuk mengatasi masalah ini, Khofifah menawarkan solusi sederhana namun berdampak luas: tomat hasil serapan dapat diolah menjadi jus sehat bagi siswa pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK), hingga sekolah dasar (SD).
“Kalau dibagi ke PAUD, TK, SD untuk dijadikan jus tomat, itu bukan hanya menolong petani tapi juga menyehatkan anak-anak. Saya membayangkan hari Senin anak-anak masuk sekolah sudah bisa menikmati jus tomat segar. Ini sederhana, tapi bisa memberi dampak besar,” tambahnya.
Dalam aksi serapan di Madiun, Khofifah membeli tomat dengan harga Rp4.000 per kilogram, dua kali lipat dari harga pasaran di tingkat petani. Kebijakan ini tidak hanya membantu mendorong penetrasi harga, tetapi juga menjadi sinyal dukungan moral agar petani tetap bersemangat menanam.
“Sekarang kasusnya tomat. Dari hasil identifikasi, tomat di Desa Kare hari ini yang siap dipanen mencapai sekitar 1,3 ton. Kalau di lahan harga Rp2.000 per kilo, saya serap Rp4.000 per kilo. Langkah sederhana ini akan mendorong penetrasi harga dan memberi semangat bagi petani,” tegasnya.
Langkah turun langsung ke lapangan bukan hal baru bagi Khofifah. Sebelumnya, ia pernah melakukan strategi serupa ketika terjadi kelebihan pasokan bawang merah di Nganjuk serta penurunan harga beras di Bojonegoro dan Lamongan.
Suyatno, penggerak petani di Desa Kare, mengaku lega dengan langkah cepat pemerintah provinsi. Menurutnya, harga tomat yang anjlok sejak Agustus membuat petani kesulitan menutup biaya produksi.
“Bulan Juni harga tomat masih Rp5.000 per kilo, tapi Agustus turun drastis jadi Rp2.000 per kilo. Ini terjadi karena banyak petani menanam secara bersamaan sehingga panennya juga serentak. Tomat melimpah, tapi daya serap pasar terbatas, akhirnya harga jatuh dan kami petani yang merasakan beratnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, inisiatif Khofifah memberi harapan baru bagi petani. “Kami para petani merasa sangat terbantu dengan langkah Ibu Gubernur. Dengan adanya penyerapan ini, kami berharap harga bisa lebih stabil. Apalagi kalau bupati dan wali kota ikut bergerak, kami yakin harga akan lebih cepat normal. Terima kasih kepada Ibu Khofifah yang selalu memikirkan nasib para petani,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin