KOTA BATU, RadarBangsa.co.id – Pemerintah Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, menutup rangkaian kegiatan bersih desa dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dan campursari di pendopo balai desa, Sabtu malam (26/7/2025). Kegiatan budaya ini menandai puncak dari rangkaian acara yang telah digelar sejak 22 Juni lalu.
Wayang kulit yang dipentaskan menghadirkan dalang muda Ki Nurhadi Putro, putra dari almarhum Ki Matadi, dalang legendaris asal Jawa Timur. Dalam pentas tersebut, Ki Nurhadi membawakan lakon “Lahirnya Wisang Geni”, sebuah kisah pewayangan yang penuh nilai kepemimpinan dan keteladanan.
“Wisang Geni menggambarkan sosok pemimpin sejati—sakti, adil, dan siap mengayomi rakyatnya,” ujar Ki Nurhadi kepada awak media.
Menurutnya, filosofi dalam kisah tersebut masih sangat relevan dengan situasi saat ini, di mana seorang pemimpin dituntut untuk hadir, tangguh, dan menjadi panutan di tengah berbagai tantangan zaman. Ia menilai bahwa seni pewayangan bukan sekadar hiburan, tetapi sarana refleksi terhadap nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan cermin kehidupan.
“Cerita pewayangan memang mitologis, tapi penuh filosofi yang tetap relevan di era digital,” lanjutnya.
Kepala Desa Pendem, Tri Wahyuwono Efendi, dalam sambutannya menegaskan pentingnya menjaga tradisi seperti wayang kulit sebagai bagian dari upaya merawat jati diri desa dan memperkuat kebersamaan warga.
“Wayang kulit bukan sekadar hiburan, tapi warisan budaya yang mengajarkan nilai kepemimpinan dan pelayanan,” ungkapnya.
Menurut Efendi, bersih desa bukan hanya momentum seremonial, tapi juga ajang konsolidasi antar-elemen masyarakat. Ia mengajak seluruh unsur desa untuk terus membangun komunikasi yang aktif demi pelayanan publik yang lebih merata dan responsif.
“Pemerintah desa tak bisa berjalan sendiri. Konsolidasi dan komunikasi aktif jadi kunci pelayanan yang merata,” tambahnya.
Rangkaian kegiatan bersih desa kali ini turut melibatkan seluruh unsur masyarakat dan lembaga desa. Menariknya, hampir seluruh elemen dalam acara puncak, mulai dari pembangunan panggung hingga tata artistik, ditangani oleh warga lokal. Ini menjadi bentuk nyata pemberdayaan masyarakat desa dan upaya mempertahankan kearifan lokal.
Menutup sambutannya, Kades Efendi berharap gelaran budaya ini membawa barokah dan menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kepemimpinan, pelayanan, dan kebersamaan adalah warisan yang tak boleh luntur di tengah arus modernisasi.
Penulis : wanto
Editor : Zainul Arifin