PACITAN, RadarBangsa.co.id — Anggota DPD RI Lia Istifhama menilai Pondok Pesantren Salafiyah Tremas, Pacitan, Jawa Timur, sebagai contoh nyata ketangguhan lembaga pendidikan Islam yang mampu menjaga tradisi sekaligus merespons tuntutan zaman. Apresiasi itu disampaikan saat kunjungan silaturahmi ke pesantren berusia lebih dari dua abad tersebut, Minggu,(21/12/2025).
Dalam kunjungan itu, Lia Istifhama yang akrab disapa Ning Lia—disambut langsung pengasuh Ponpes Salafiyah Tremas, KH Abdillah Nawawi, beserta jajaran pengelola pesantren. Dialog berlangsung hangat, membahas perjalanan panjang pesantren dalam menjaga konsistensi pendidikan keislaman di tengah perubahan sosial yang kian cepat.
Ning Lia menyebut Tremas bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan simbol ketahanan nilai. “Tidak banyak institusi yang mampu bertahan lebih dari dua ratus tahun dengan identitas yang tetap terjaga. Tremas menunjukkan bahwa tradisi dan kemajuan tidak harus saling meniadakan,” ujar Lia Istifhama.
Ia menyoroti implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren yang memberi ruang pengakuan negara terhadap sistem pendidikan pesantren. Menurutnya, Tremas mampu memanfaatkan kebijakan tersebut tanpa kehilangan karakter salafiyah yang menjadi ruh utama pesantren. “Ini bukti bahwa pesantren bisa tertib secara sistem, diakui negara, namun tetap setia pada khazanah keilmuan klasik,” katanya.
Lia juga mengapresiasi pengelolaan jenjang pendidikan di Ponpes Tremas, mulai tingkat ula hingga wustho, yang telah memperoleh pengakuan pemerintah. Ia menilai sistem pendidikan di Tremas menuntut disiplin dan ketekunan tinggi, sehingga membentuk santri yang tidak hanya kuat secara intelektual, tetapi juga matang secara mental dan karakter.
Dalam pertemuan tersebut, Lia menekankan pentingnya penguatan sumber daya manusia pesantren, khususnya dalam literasi digital. “Pesantren memiliki modal moral dan sosial yang besar. Jika diperkuat dengan kecakapan digital, santri akan lebih siap berkontribusi di ruang publik dan global,” ujarnya.
Sementara itu, KH Abdillah Nawawi menyambut baik perhatian senator terhadap pesantren. “Kami berusaha menjaga amanah para pendiri, sambil terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat dan bangsa,” katanya.
Kunjungan tersebut menegaskan posisi pesantren sebagai pilar strategis pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berakar kuat pada nilai, namun adaptif menghadapi masa depan.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin









