SINGAPURA, RadarBangsa.co.id – Industri jasa keuangan telah berubah drastis berkat teknologi selama beberapa tahun terakhir. Beberapa perusahaan teknologi raksasa meluncurkan layanan vertikal Tekfin (Fintech vertical).
Sementara, berbagai merek lain semakin gencar menawarkan jasa keuangan kepada pelanggan mereka. Sejumlah perusahaan ini lebih memilih untuk bermitra dengan lembaga keuangan, dan menjual kembali (resell) produk keuangan dari lembaga tersebut.
Namun, banyak dari perusahaan tersebut gagal menawarkan pengalaman onboarding yang mudah, terutama akibat proses kerja bank yang telah ketinggalan zaman.
Embedded Finance, alih-alih menjual kembali produk dari lembaga keuangan, semakin menarik bagi pemilik merek. Sistem Embedded Finance membantu setiap perusahaan nonkeuangan untuk mengintegrasikan layanan keuangan inovatif dalam portofolio layanan mereka.
Langkah ini menciptakan peluang pendapatan baru dengan biaya margin yang rendah bagi merek-merek dengan basis pelanggan yang besar. Di sisi lain, Embedded Finance menghadirkan pengalaman baru yang meningkatkan loyalitas dan pembelian pelanggan.
AIZEN, penyedia platform banking-as-a-service yang terkemuka, telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara, termasuk e-commerce terdepan di Indonesia dan platform e-wallet di Vietnam. AIZEN menyediakan Automated Banking Operating System (ABOS) yang berfokus pada penyaluran pinjaman (lending). Selain itu, AIZEN bermitra dengan Penyedia Modal (baik bank maupun lembaga nonperbankan). Lalu, AIZEN akan bertindak sebagai perantara untuk semua proses yang terkait dengan siklus kredit secara terpadu (end-to-end).
ABOS dirancang berdasarkan kerangka kerja manajemen risiko yang solid, dan dilengkapi otomatisasi layanan operasional inti, mulai dari desain produk, akuisisi kredit, manajemen dan pengumpulan portofolio. Fitur-fitur ini memudahkan bank dan perusahaan untuk mengambil tindakan proaktif atas risiko penurunan ekonomi di tengah Covid-19.
Menurut laporan terbaru Google, Temasek dan Bain & Company, layanan keuangan digital di Asia Tenggara diperkirakan menghasilkan pendapatan sekitar USD 38 miliar pada 2025.
Pinjaman digital (digital lending) juga semakin mengemuka ketika kita memasuki era “ekonomi nirkontak” (“contactless economy”) setelah krisis Covid. Sebagian besar peluang pendapatan akan berasal dari sektor ini.
AIZEN baru memperoleh pendanaan dari perusahaan pengelola dana inovasi tekfin milik pemerintah (KGIC, juga dikenal sebagai K-Growth). Babak pendanaan ini juga dipimpin oleh bank-bank besar termasuk KB, Shinhan, Woori dan NH.
Dengan babak pendanaan tersebut, total pendanaan yang diraih AIZEN telah tercatat senilai US$ 10 juta, termasuk US$ 3,5 juta yang diperoleh dalam bentuk hibah penelitian pengembangan (litbang). AIZEN ingin meluncurkan solusi Banking-as-a-Service (BaaS) yang menyasar berbagai pasar potensial di Vietnam, Indonesia, Singapura, dan Taiwan.
Bagi penyalur pinjaman konvensional, nasabah tanpa riwayat utang kurang diminati. Namun, dengan teknologi AI buatan sendiri, AIZEN mampu mengevaluasi nasabah secara lebih baik.
Hal ini dilakukan dengan mengubah sumber data nontradisional menjadi data yang terkait dengan kredit di bidang Keuangan.
Teknologi tersebut didukung ABACUS, platform AutoML di sektor keuangan yang dirancang khusus untuk mengakomodasi dinamika pelanggan yang terus berubah secara seketika.
Didirikan pada 2016, AIZEN berpengalaman dalam berbagai proyek transformasi digital bersama lembaga keuangan termasuk penjaminan kredit, deteksi penipuan transaksi, dan analisis klaim asuransi.
AIZEN tergabung dalam “Plug and Play APAC Fintech Batch” di Singapura, dan dinobatkan oleh Gartner sebagai “Cool Vendor in AI for Fintech” berkat skalabilitas yang memadai dan kemudahan penggunaan.
Sebagai anggota “AI Builders Program” yang digagas Intel, AIZEN ingin mengoptimalkan solusinya dengan memanfaatkan akses teknologi terkini dan keahlian teknik Intel.
“Kami akan memperluas layanan perbankan secara strategis dengan model operasional AI yang telah dikembangkan AIZEN. Kami juga berencana melayani model perbankan baru yang berbasiskan AI di Vietnam, Indonesia, Singapura, dan Taiwan,” kata Jung Seok Kang, CEO, AIZEN.
(***)