ASAHAN, RadarBangsa.co.id — Kepala UPTD Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Kisaran, Sabam Nainggolan, S.Pd., mengungkapkan harapannya agar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) segera melakukan pembinaan dan pelatihan Deep Learning dengan metode tatap muka (luring) kepada para guru, bukan secara daring. Hal ini disampaikannya di sela-sela acara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2025 di halaman SMP Negeri 2 Kisaran, Jumat (1/5/2025).
Sabam Nainggolan menyampaikan hal tersebut kepada wartawan di tengah acara yang turut dihadiri oleh Bupati Asahan Taufik Zainal Abidin Siregar, Wakil Bupati Asahan Rianto, Plt Kepala Dinas Pendidikan Musa Al Bakri, serta seluruh kepala sekolah SMP dan SD se-Kabupaten Asahan. Menurut Sabam, meskipun pada tahun 2025 Dinas Pendidikan masih menggunakan Kurikulum Merdeka, penerapan Deep Learning sebagai penyempurnaan dari kurikulum tersebut menjadi kendala apabila pelatihan hanya dilaksanakan secara daring.
“Kurikulum Merdeka dan Deep Learning adalah langkah besar dalam dunia pendidikan kita, tetapi pelatihan yang dilakukan secara daring tidak efektif. Guru-guru di Kabupaten Asahan membutuhkan pemahaman langsung, tatap muka, yang dapat memperjelas materi dan aplikasi pembelajaran Deep Learning,” ujar Sabam.
Dalam kesempatan ini, Sabam juga memberikan apresiasi terhadap program kurikulum Merdeka yang disempurnakan dengan pendekatan Deep Learning yang dianggapnya sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Menurutnya, Deep Learning dapat memberikan cara yang lebih efektif dalam memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep pelajaran, sehingga siswa tidak hanya sekadar mengerjakan soal ujian, tetapi juga memahami materi secara mendalam.
“Namun, pelatihan yang dilakukan secara daring kurang menyentuh dan tidak bisa memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru. Pembinaan lebih efektif jika dilakukan secara luring atau tatap muka langsung. Dengan cara ini, para guru bisa langsung berdiskusi dan menggali lebih dalam mengenai implementasi Deep Learning di kelas,” jelasnya.
Sabam juga menyoroti masalah anggaran dan pengadaan buku yang berkaitan dengan penerapan Deep Learning. Menurutnya, untuk menyukseskan implementasi kurikulum ini, buku pelajaran harus disesuaikan dan disempurnakan lagi, yang tentunya memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
“Sekarang sudah memasuki pertengahan tahun ajaran 2025, dan banyak hal yang harus disiapkan, termasuk buku pelajaran dan anggarannya. Agar para guru tidak ragu dalam mengimplementasikannya, mereka memerlukan pelatihan yang lebih menyeluruh dan berbasis tatap muka,” ungkap Sabam.
Ia berharap agar Kemendikdasmen segera mengambil langkah untuk melaksanakan pelatihan Deep Learning secara langsung. Hal ini, menurutnya, akan memudahkan guru dalam memahami dan mengaplikasikan pendekatan tersebut di sekolah-sekolah, khususnya di Kabupaten Asahan.
Sementara itu, Kemendikdasmen melalui Abdul Mu’ti berencana memberlakukan Deep Learning di sekolah-sekolah mulai tahun 2025 hingga 2026. Deep Learning bukanlah sebuah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep secara mendalam dan aplikatif, bukan sekadar mengejar angka di ujian.
“Dengan Deep Learning, kami ingin siswa lebih memahami inti dari sebuah disiplin ilmu. Mereka tidak hanya menghafal untuk ujian, tetapi memahami penerapan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” tambah Abdul Mu’ti dalam kesempatan terpisah.
Penulis : Joko
Editor : Zainul Arifin