SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Di tengah riuh rendah kehidupan kota metropolitan yang tak pernah tidur, Pondok Pesantren Khadijah hadir sebagai oase spiritual yang meneduhkan. Terletak di jantung Kota Surabaya, pesantren ini tak hanya menjadi lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembinaan karakter dan peradaban Islam yang membumi.
Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, memberikan apresiasi mendalam atas peran strategis Ponpes Khadijah. Dalam kunjungan silaturahmi yang dilakukannya, Ning Lia sapaan akrabnya menilai keberadaan pesantren di tengah kota menjadi jawaban atas kebutuhan pendidikan yang mampu menyeimbangkan antara ilmu dunia dan akhirat.
“Pondok pesantren seperti Khadijah ini adalah jawaban atas tantangan zaman. Di tengah arus digitalisasi dan budaya instan, pesantren menjadi benteng moral dan spiritual yang kokoh. Tak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk akhlakul karimah dan kedewasaan berpikir,” ujar Ning Lia.
Ponpes Khadijah dikenal memiliki ciri khas sebagai pesantren yang memadukan kurikulum salafiyah dengan sistem pendidikan modern. Pendekatan ini, menurut Ning Lia, sangat relevan untuk menjawab tantangan pendidikan era kini tanpa tercerabut dari akar nilai-nilai Islam.
“Khadijah adalah simbol keteladanan perempuan dalam sejarah Islam. Maka tidak heran jika pesantren ini mampu mencetak generasi muslim yang kuat secara iman, tangguh secara ilmu, dan santun dalam akhlak,” tambahnya.
Surabaya sebagai kota besar dengan kompleksitas sosial yang tinggi memerlukan pendekatan pendidikan yang holistik. Ponpes Khadijah hadir membawa angin segar melalui penguatan ruhiyah (spiritualitas), akhlak, serta kecakapan sosial sebagai bekal generasi muda menghadapi era modern.
Ning Lia menilai, kehadiran pesantren di pusat kota bukanlah sesuatu yang asing. Justru menjadi bukti bahwa Islam sangat adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Pesantren di kota besar bukan sekadar bisa eksis, tapi justru menjadi solusi. Ini menandakan bahwa nilai-nilai Islam tidak bertentangan dengan kemajuan, melainkan mampu membimbingnya,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ning Lia juga menyoroti pentingnya dukungan konkret dari pemerintah terhadap eksistensi pesantren di wilayah perkotaan. Mulai dari aspek regulasi, pembiayaan, hingga pengembangan sarana dan prasarana harus menjadi perhatian serius.
Ia mendorong agar implementasi UU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dapat dijalankan secara optimal, sehingga benar-benar menyentuh kebutuhan riil pesantren yang berjuang di tengah dinamika perkotaan seperti Surabaya.
“Pesantren harus mendapatkan tempat yang layak dalam arus pembangunan nasional. Mereka bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga penjaga nilai dan identitas bangsa,” pungkas Ning Lia.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin