JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan survei terbaru yang dirilis Arci Academy, angka pengenalan masyarakat terhadap anggota DPD RI kini mencapai 63,7 persen. Sisanya, sebanyak 36,3 persen, mengaku belum mengenal secara spesifik para senator yang mewakili daerah mereka.
Dalam temuan yang sama, nama Lia Istifhama mencatat tingkat kepuasan publik tertinggi di antara anggota DPD RI asal Jawa Timur, yakni sebesar 70,5 persen. Angka itu terpaut jauh dari nama-nama lain seperti AA La Nyalla Mahmud Mattalitti (21,6 persen), Ahmad Nawardi (4,2 persen), serta Kondang Kusumaning Ayu yang hanya memperoleh 3,7 persen.
Minimnya eksistensi dan komunikasi politik dinilai menjadi penyebab rendahnya angka kepuasan terhadap sejumlah nama senator Jatim. Sebaliknya, Lia Istifhama dinilai publik aktif menyuarakan aspirasi dan hadir di tengah masyarakat.
Pengamat politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Mubarok, mengapresiasi capaian tersebut. Menurutnya, Lia berhasil membangun pola komunikasi politik yang membumi dan berorientasi langsung kepada konstituen.
“Ning Lia mampu menghadirkan langkah pikir baru yang terlatih dan berorientasi pada konstituen. Ia memulai tradisi politik yang segar dan menghadirkan inovasi dalam menyuarakan aspirasi daerah,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (6/6/2025).
Ia menilai kehadiran Lia telah mendorong DPD RI semakin dikenal masyarakat, bukan hanya di lingkup elite, tetapi juga di lapisan akar rumput.
Senada, pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Fahlul Muzaqqi, menyebut Lia Istifhama berhasil mewarnai dinamika DPD RI melalui pendekatan kultural dan sosial yang konsisten.
“Kehadiran Ning Lia bukan sekadar formalitas perwakilan daerah. Ia menjadi jembatan antara pusat dan daerah, antara desa dan kota. Ini penting untuk memastikan aspirasi daerah tidak tenggelam di tengah hiruk-pikuk politik nasional,” tegas Fahlul.
Menurutnya, keberpihakan Ning Lia terhadap isu-isu keumatan, perempuan, dan pembangunan berbasis komunitas menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalankan fungsi legislasi dan pengawasan.
Sebagai tokoh perempuan yang aktif di sejumlah organisasi seperti Muslimat NU, Fatayat NU, PMII, dan HKTI, Ning Lia dinilai memiliki basis sosial yang kuat. Hal itu menjadi modal penting dalam memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil.
“Keaktifannya dalam organisasi keagamaan dan sosial memperlihatkan konsistensi dalam memperjuangkan nilai keadilan sosial dan pembangunan merata. Maka wajar jika tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerjanya sangat tinggi,” tutup Fahlul.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin