SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Serangan siber kembali menimpa senator DPD RI dari Jawa Timur, Lia Istifhama. Peristiwa ini terjadi setelah penetapan anggota DPD terpilih 2024 oleh KPU RI, mengulang pengalaman pahit yang dialami politisi perempuan itu pada Juni 2024. Saat itu, akun Gmail, Google Drive 1 TB, serta channel YouTube miliknya diretas.
Ning Lia, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa serangan kali ini tidak hanya terjadi pada akun Gmail dan YouTube, tetapi juga mencakup Instagram dan laman Wikipedia pribadinya. Beberapa akun relawan pun mengalami shadow blokir, dan pemberitaan online terkait namanya sempat tidak muncul di Google selama tiga hari.
“Nomor WhatsApp pribadi saya pernah terblokir pada 27 April 2024, padahal saya tidak membuka link atau aplikasi apapun. Beberapa minggu kemudian, pesan yang dikirim tidak masuk dan muncul jam pasir, seperti sinyal WA tidak stabil,” ungkap Doktoral UINSA itu, 21 September 2025.
Akun Wikipedia Lia Istifhama juga sempat hilang dari publikasi daring, menambah daftar panjang peretasan yang dialaminya. Menurut Ning Lia, serangan ini bersifat sistematis dan menargetkan reputasi digitalnya.
“Yang paling membuat saya terkejut adalah ketika akun Google pribadi diretas pada 20 Juni 2024, meski sudah ada autentifikasi dua faktor. Bahkan upaya pembobolan akun Gmail suami saya berhenti setelah akun saya berhasil diretas,” tambahnya.
Kejadian terbaru menimpa akun Instagram pribadi Ning Lia, yang kehilangan centang biru. Upaya verifikasi yang dilaporkan ke pihak Meta berlangsung lebih dari 48 jam tanpa notifikasi resmi. Postingan lama hilang dan muncul keterangan seolah membuat postingan baru.
“Tiba-tiba postingan hilang dan muncul keterangan ajakan membuat postingan pertama kali, hingga tiga kali dalam semalam. Saya langsung menandai Instagram agar akun ini tidak hilang seperti channel YouTube dan Gmail,” jelasnya.
Menanggapi kejadian ini, Ning Lia menyoroti penerapan UU No. 1 Tahun 2024 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Menurutnya, undang-undang tersebut harus melindungi ruang digital dari kegaduhan, sekaligus menjaga privasi pengguna dari kepentingan politik.
“Platform sosial media seharusnya tidak dijadikan alat menjatuhkan atau menghambat hak personal. Sosial media adalah ruang positif untuk menyimpan kenangan dan memori keluarga, bukan untuk kepentingan politik,” ujarnya.
Meski menghadapi serangkaian serangan digital, Ning Lia tetap menekankan peran utamanya sebagai ibu. Pada 20 September 2025 malam, ia memposting di Instagram untuk anak-anaknya, menegaskan bahwa jabatan politik tidak lebih utama dibanding perannya dalam keluarga.
“Mama trenyuh saat kalian suka melihat foto masa kecil. Meski akun-akun mama sempat diretas, potret kenangan penuh cinta tetap terekam di memori kalian,” tulis Ning Lia dalam akun Instagramnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin










