Nyumet mercon di Masjid Agung Semarang tradisi unik yang berawal dari bom udara

- Redaksi

Senin, 10 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SEMARANG, RadarBangsa.co.id – “Duuulll!” Begitu suara yang akrab di telinga masyarakat Semarang saat tradisi Nyumet Mercon di Masjid Agung Semarang digelar. Tradisi tahunan ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga memiliki sejarah panjang yang unik.

Sore itu, derap langkah pasukan berpakaian adat terdengar di sekitar Masjid Agung Semarang, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah. Sambil melantunkan qasidah, mereka membawa tongkat dan banner bertuliskan “Marhaban Ya Ramadan!”. Pawai ini berjalan dari masjid menuju Aloon-aloon Semarang, menarik perhatian warga yang tengah menunggu waktu berbuka puasa.

Pengunjung yang awalnya sibuk membeli takjil langsung beralih memperhatikan arak-arakan meriah tersebut. Sesampainya di Aloon-aloon, peserta mencari tempat untuk menancapkan kembang api yang mereka bawa dari Masjid Agung. Saat sirine masjid berbunyi, kembang api dinyalakan, diikuti dengan berkumandangnya azan magrib.

Langit jingga sore itu pun dipenuhi warna-warni kembang api, menandai waktu berbuka dengan suasana yang semakin semarak.

Sejarah Panjang Nyumet Mercon

Pengurus Masjid Agung Semarang, Choirul Ichan, mengatakan bahwa tradisi ini memiliki akar sejarah yang panjang dan terus dilestarikan hingga kini.

“Untuk tradisi nyumetnya, dari masjid jalan diarak dengan pakaian adat. Ada sekitar 20 orang berpakaian adat yang mengiringi prosesi ini,” katanya di Aloon-aloon Semarang, Minggu (9/3/2025).

Ia menyampaikan bahwa arak-arakan hanya dilakukan setiap Sabtu dan Minggu selama Ramadan, sementara pada hari biasa, penyalaan mercon tetap berlangsung tanpa prosesi pawai.

“Yang menarik itu arak-arakannya, karena pakai pakaian adat. Yang ikut banyak, ada pengurus, santri pondok pesantren, serta pihak yang berpartisipasi di Masjid Agung Semarang,” tambahnya.

Tradisi ini berlangsung setiap sore menjelang berbuka, biasanya dimulai pukul 17.30 WIB. Menurut Ichan, tradisi ini dulunya menggunakan bom udara sebagai tanda berbuka puasa.

“Dulunya pakai bom udara. Tapi sejak Perwali tahun 1983, penggunaan bom udara dilarang karena dianggap membahayakan. Akhirnya, sebagai pengganti, dibangun menara dengan sirine sebagai tanda berbuka,” jelasnya.

Seiring waktu, sirine kemudian dipadukan dengan kembang api. Namun, saat pandemi, konsep ini berkembang menjadi arak-arakan mercon dari Masjid Agung menuju Aloon-aloon Semarang.

“Konsep ini muncul saat pandemi, ketika banyak kegiatan terhenti. Kami ingin membangkitkan kembali semangat Ramadan di Semarang,” tuturnya.

Sejarah tradisi ini juga tidak terlepas dari peran Raden Tumenggung Aryo Purboningrat, Bupati Semarang pada masanya, yang kantornya dahulu berada di Kanjengan, selatan Aloon-aloon Semarang.

“Dulu pencetusnya adalah Raden Tumenggung, Bupati Semarang. Dari sanalah tradisi ini berkembang hingga sekarang,” tambahnya.

Dengan inovasi ini, tradisi Nyumet Mercon semakin menarik perhatian masyarakat. Selain menjadi penanda waktu berbuka puasa, tradisi ini juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya dan sejarah lokal.

“Kami menggali kembali sejarah dan melakukannya dengan cara yang lebih modern,” tutupnya.

Penulis : Welly/ Nanik

Editor : Bandi

Berita Terkait

Perombakan Besar Radar Bangsa di Jateng-DIY, Lihat Siapa Saja Masuk Struktur Baru
Meriah! Hari Bhayangkara ke-79 di Kendal, Bupati Dyah Kartika Serahkan Hadiah Sepeda Motor dan Sepeda Listrik
Pentas Seni Jadi Media Edukasi Sampah, Bupati Kendal Turut Berperan
Mas Kaji Hadir di Tengah Aksi Warga Tunggulsari, Tolak Tambang Galian C
Kamtibmas Membaik, Premanisme Disikat Polda Jateng
Polisi gadungan peras pemilik toko, ditangkap di Semarang
Berkedok debt collector, tiga pelaku penipuan dan penggelapan motor di slawi dibekuk polda jateng
Dibekuk polisi, dua pelaku pemerasan dan kekerasan di kawasan industri terboyo terancam penjara

Berita Terkait

Rabu, 16 Juli 2025 - 09:02 WIB

Perombakan Besar Radar Bangsa di Jateng-DIY, Lihat Siapa Saja Masuk Struktur Baru

Sabtu, 21 Juni 2025 - 22:11 WIB

Meriah! Hari Bhayangkara ke-79 di Kendal, Bupati Dyah Kartika Serahkan Hadiah Sepeda Motor dan Sepeda Listrik

Kamis, 19 Juni 2025 - 10:19 WIB

Pentas Seni Jadi Media Edukasi Sampah, Bupati Kendal Turut Berperan

Selasa, 17 Juni 2025 - 17:57 WIB

Mas Kaji Hadir di Tengah Aksi Warga Tunggulsari, Tolak Tambang Galian C

Rabu, 21 Mei 2025 - 18:35 WIB

Kamtibmas Membaik, Premanisme Disikat Polda Jateng

Berita Terbaru