PASURUAN, RadarBangsa.co.id – Jeruk Siam Madu dari Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, kian mencuri perhatian. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut komoditas unggulan ini memiliki potensi besar bukan hanya dari sisi rasa dan produktivitas, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi dan wisata pertanian baru di kawasan pegunungan Jawa Timur.
Udara sejuk Tutur siang itu disambut semerbak aroma jeruk matang. Di antara rimbunnya pepohonan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa tampak tersenyum puas usai memetik langsung buah Jeruk Siam Madu di kebun milik Haji Super, Desa Kayu Kebek. Buah berkulit oranye cerah itu menjadi simbol semangat baru bagi masyarakat setempat untuk mengembangkan sektor hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi.
Khofifah mengungkapkan, Jeruk Siam Madu Tutur memiliki cita rasa manis alami menyerupai madu, menjadikannya salah satu varietas paling khas di Jawa Timur. Dengan karakter rasa yang unik, jeruk ini diyakini mampu menembus pasar nasional hingga ekspor. “Rasanya segar dan manis sekali. Saya yakin jeruk ini bisa menjadi produk unggulan yang membawa nama Kecamatan Tutur semakin dikenal,” ujarnya.
Wilayah Kecamatan Tutur berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis tersebut membuat daerah ini ideal untuk pengembangan hortikultura, terutama tanaman jeruk. Suhu sejuk dan tanah subur di kawasan pegunungan menjadi kombinasi sempurna yang membuat Jeruk Siam Madu memiliki kualitas rasa stabil dan produktivitas tinggi.
Khofifah menilai, keunggulan lain dari Jeruk Siam Madu terletak pada siklus panennya yang cepat dan berkelanjutan. Setelah masa panen selesai, pohon kembali berbunga dalam waktu singkat sehingga hasil produksi dapat berlangsung hampir tanpa jeda.
“Siklusnya cepat sekali. Begitu selesai panen, bunga baru langsung tumbuh. Artinya, masyarakat bisa menikmati hasil panen hampir sepanjang tahun,” tuturnya.
Lebih jauh, Gubernur Khofifah mendorong agar penguatan produksi dan pemasaran jeruk dilakukan secara terintegrasi. Ia menilai, Desa Kayu Kebek memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata agrikultur yang tidak hanya menonjolkan hasil pertanian, tetapi juga pengalaman wisata edukatif bagi pengunjung.
“Kita bisa padukan potensi pertanian dengan pariwisata. Desa ini strategis, dekat dengan Bromo, dan punya daya tarik yang kuat untuk wisata berbasis alam,” jelasnya.
Data Dinas Pertanian Jawa Timur menunjukkan, pada tahun 2024 produksi jeruk di provinsi ini mencapai 1,4 juta ton atau sekitar 49,7 persen dari total produksi nasional. Angka tersebut menegaskan posisi Jawa Timur sebagai salah satu lumbung hortikultura nasional yang berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan dan ekonomi daerah.
Sementara itu, Kepala Desa Kayu Kebek, Yudha, menyampaikan rasa syukur atas perhatian yang diberikan pemerintah provinsi. Menurutnya, masyarakat Tutur memiliki semangat tinggi untuk menjadikan desanya sebagai sentra agribisnis dan destinasi wisata berbasis alam.
“Kami berharap tahun 2026 nanti, Desa Kayu Kebek bisa dikenal sebagai desa wisata penyangga kawasan Gunung Bromo. Potensinya luar biasa, mulai dari pertanian, peternakan, hingga wisata alam,” kata Yudha.
Ia menjelaskan, Jeruk Siam Madu memiliki ukuran yang besar dan rasa manis kuat, hasil dari proses budidaya organik yang dilakukan dengan penuh ketelatenan. “Kami gunakan pupuk kandang dan bahan organik agar kualitas buah tetap terjaga. Ukuran jeruk bisa besar sekali, satu kilogram hanya berisi enam atau tujuh buah,” ujarnya.
Menurut Yudha, pasar Jeruk Siam Madu saat ini telah menjangkau berbagai daerah di Jawa, bahkan hingga Jakarta dan Pontianak. Ia optimistis, dengan dukungan pemerintah dan promosi yang lebih luas, komoditas ini akan menjadi salah satu ikon ekonomi baru di Jawa Timur.
“Semoga jeruk kami tak hanya dikenal karena rasanya, tapi juga karena menjadi simbol kemandirian petani di desa ini,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin









