SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Di tengah peringatan Hari Kartini yang sarat makna bagi perempuan Indonesia, satu nama yang kembali mencuri perhatian adalah Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dr. Lia Istifhama, M.E.I. Perempuan asal Jawa Timur ini telah lama dikenal dengan dedikasi, kecerdasan, dan kepeduliannya terhadap isu-isu sosial, keagamaan, dan pemberdayaan perempuan. Melalui kiprahnya, Lia Istifhama semakin menunjukkan bahwa perempuan Indonesia dapat berperan besar dalam berbagai sektor, baik dalam ranah publik maupun pribadi.
Lia Istifhama, atau yang lebih akrab disapa Ning Lia, bukanlah sosok asing di dunia pergerakan perempuan. Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, Ning Lia tumbuh dengan nilai-nilai religius yang kuat, yang kemudian menjadi dasar bagi seluruh aktivitas dan perjuangannya. Sebagai perempuan yang mendalami agama dan budaya, Ning Lia tidak hanya memiliki pemahaman yang dalam terhadap akar budaya dan agama, tetapi juga memiliki kemampuan luar biasa untuk menjembatani nilai-nilai tersebut dengan tuntutan dan kebutuhan zaman yang terus berkembang. Dalam berbagai kesempatan, ia membuktikan dirinya sebagai seorang perempuan yang tidak hanya sekadar memahami tantangan zaman, tetapi juga mampu menghadapinya dengan bijak dan penuh semangat.
Bagi Ning Lia, perempuan bukanlah sosok yang lemah karena kelembutannya. Justru dari kelembutan itulah lahir kekuatan luar biasa yang mampu mendidik, memelihara, dan menggerakkan kebaikan di masyarakat. “Perempuan itu diciptakan dengan hati yang lembut, tapi itu bukan kelemahan. Justru dari kelembutan itulah lahir kekuatan luar biasa untuk memelihara, mendidik, dan menggerakkan kebaikan di masyarakat,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Sebagai ibu dari dua anak, Ning Lia sangat percaya bahwa setiap perempuan memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif di lingkungan sekitarnya, asalkan mereka diberi ruang, kepercayaan, dan dukungan yang tepat. Dalam pandangannya, perempuan bukan hanya merupakan pilar dalam keluarga, tetapi juga motor penggerak perubahan di masyarakat. Melalui kiprahnya, ia ingin membuktikan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk berperan lebih dalam membentuk masa depan bangsa, baik di level keluarga maupun dalam masyarakat yang lebih luas.
Apa yang membuat Ning Lia Istifhama begitu menginspirasi adalah kemampuannya untuk menjalani berbagai peran sekaligus tanpa kehilangan jati dirinya sebagai seorang ibu, istri, dan perempuan. Di tengah kesibukannya sebagai anggota DPD RI yang aktif membahas berbagai kebijakan, terutama yang berkaitan dengan perempuan dan anak-anak, Ning Lia juga aktif dalam pergerakan sosial. Ia sering tampil sebagai narasumber, fasilitator, hingga inisiator berbagai program pemberdayaan perempuan dan generasi muda. Sebagai konsultan pendidikan, penulis, pembicara publik, dan penggerak organisasi keagamaan, Ning Lia telah memberikan kontribusi besar dalam berbagai bidang yang mendorong pemberdayaan perempuan dan pembangunan karakter bangsa.
Namun yang lebih menarik lagi adalah bagaimana ia menjalani seluruh peran tersebut dengan hati yang penuh kasih dan keikhlasan. “Menjadi multitasking bukan tentang membagi waktu, tapi menyatukan niat di semua peran. Karena ketika hati kita terpaut pada niat yang baik, setiap aktivitas menjadi ibadah dan sumber keberkahan,” ucapnya dengan tenang dan penuh keyakinan. Pernyataan tersebut mencerminkan filosofi hidup Ning Lia yang selalu berusaha untuk menjadikan setiap aktivitasnya sebagai bagian dari ibadah, yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses yang membawa manfaat bagi orang lain.
Meski memiliki segudang aktivitas dan tanggung jawab sebagai seorang anggota DPD RI, Ning Lia tetap menunjukkan bahwa peran sebagai ibu dan anggota keluarga adalah prioritas yang tak tergantikan. “Saya itu tidak bisa hidup tanpa keluarga, hidup itu tenang kalau lihat anak-anak, suami dan orang tua. Tapi, saya sangat fokus dengan pekerjaan dan tanggung jawab sebagai senator,” ujar Ning Lia dengan penuh kejujuran.
Kecintaan Ning Lia terhadap keluarganya tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga tindakan nyata. Ia sering pulang pergi Jakarta – Surabaya demi keluarga dan anak-anaknya, meskipun kesibukannya sebagai seorang senator sangat padat. Baginya, keseimbangan antara kehidupan profesional dan keluarga adalah kunci untuk menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan dan ketenangan. Ia menunjukkan kepada banyak perempuan bahwa meskipun memiliki tanggung jawab yang besar di luar rumah, tetap ada ruang untuk menjadi ibu dan istri yang hadir sepenuhnya bagi keluarga.
Tak hanya dikenal dalam aktivitas formal dan kebijakan, Ning Lia juga dikenal dekat dengan masyarakat akar rumput. Dalam banyak kesempatan, ia turun langsung ke lapangan untuk memberikan pendampingan kepada ibu-ibu korban kekerasan dalam rumah tangga, anak-anak yang putus sekolah, hingga komunitas marginal yang sering kali terabaikan dalam menerima bantuan. Kepeduliannya terhadap isu-isu sosial dan pemberdayaan perempuan tercermin dalam setiap langkah yang diambilnya, baik dalam kapasitasnya sebagai anggota DPD maupun sebagai pribadi yang peduli dengan nasib orang lain.
Ning Lia mengungkapkan bahwa salah satu hal yang membuatnya terus bersemangat dalam menjalani aktivitasnya adalah melihat langsung bagaimana dampak positif yang diberikan kepada masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak. “Saya merasa sangat bahagia bisa ikut berperan dalam mengangkat derajat perempuan dan anak-anak. Mereka adalah masa depan bangsa, dan kita sebagai generasi yang lebih beruntung harus mampu memberikan mereka peluang untuk berkembang,” ungkap Ning Lia dengan tulus.
Di Hari Kartini yang diperingati setiap tahun, Ning Lia Istifhama semakin mempertegas bahwa perempuan bukan hanya sekadar menjadi pendamping dalam kehidupan, tetapi juga sebagai motor penggerak perubahan yang tak terhentikan. Dalam peringatan yang penuh makna ini, Lia Istifhama menjadi contoh nyata bagi perempuan Indonesia yang mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan kecerdasan, empati, dan keberanian untuk menjalani berbagai peran, Lia Istifhama memperlihatkan bahwa perempuan Indonesia dapat tampil di banyak ruang, menjalani banyak peran, dan tetap memegang teguh nilai-nilai kebaikan yang menjadi dasar kehidupan mereka.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin