SEMARANG, RadarBangsa.co.id – Laga final cabang olahraga tinju kelas 54 kg Men’s Bantam dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) SMA/Sederajat Jawa Tengah 2025 memicu protes dari kontingen Kota Semarang. Pertandingan yang digelar di GOR Jatidiri Semarang sejak Minggu (15/6) dan berakhir Kamis (19/6) ini berujung kontroversi setelah petinju Semarang, Andika Yuda Pratama, dinyatakan kalah dari wakil Kabupaten Demak, Tio Putra Wijaya.
Tim Semarang melayangkan protes keras atas keputusan juri yang dianggap tidak berdasar dan merugikan. Akibat keputusan tersebut, Andika hanya memperoleh medali perak, sementara medali emas jatuh ke tangan Tio dari Kabupaten Demak.
Official tim Kota Semarang sempat meminta panitia membuka rekaman video pertandingan sebagai bahan evaluasi terhadap keputusan juri. Namun permintaan itu ditolak. Pihak panitia berdalih bahwa penilaian analog oleh juri tidak dapat dibandingkan langsung dengan interpretasi dari tayangan ulang digital.
“Kami menilai hasil pertandingan tidak mencerminkan jalannya laga. Andika tampil lebih dominan, tapi justru kalah angka,” ujar Koordinator Tim Tinju Kota Semarang, Rudi Priyanto.
Menurutnya, situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan objektivitas dan kredibilitas sistem penilaian di ajang olahraga pelajar tingkat provinsi. Bersama Ketua Pertina Kota Semarang, Rahmulyo Adi Wibowo, dan Pimpinan Tim Pelatih Tinju Semarang, Sonny Rambing, pihaknya telah mengajukan protes resmi kepada panitia cabang olahraga tinju POPDA.
Menanggapi protes tersebut, Penanggung Jawab Cabang Olahraga Tinju POPDA Jateng, Parlind, menyatakan bahwa keputusan juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
“Keputusan hakim mutlak. Dalam regulasi pertandingan, hasil dari juri adalah final,” ujarnya kepada media, Kamis (19/6).
Meski demikian, tim Kota Semarang menolak menerima hasil tersebut. Mereka menekankan pentingnya menjaga transparansi dan integritas dalam sistem penilaian, terlebih di ajang resmi yang membawa nama daerah masing-masing.
“Pembinaan atlet kami lakukan bertahun-tahun, tentu kami ingin hasil terbaik. Tapi kalau perangkat pertandingan tidak adil, semangat fair play jadi hilang,” tegas Rudi Priyanto.
Sementara itu, Sonny Rambing sebagai Pimpinan Tim Pelatih menyatakan pihaknya akan tetap membina mental atlet menghadapi kompetisi mendatang.
“Ini menjadi PR bagi saya sebagai pelatih untuk membangkitkan mental para atlet menghadapi POPDA berikutnya. Namun, bila tidak ada perbaikan dalam hal sportivitas dan netralitas, semangat kompetisi yang sehat akan sulit tercapai,” ujarnya.
Pihak Kota Semarang berharap insiden ini menjadi evaluasi menyeluruh bagi panitia POPDA Jateng dan mendorong peningkatan kualitas perangkat pertandingan, khususnya sistem penilaian, agar lebih transparan dan adil di masa mendatang
Penulis : Rudy
Editor : Zainul Arifin