SURABAYA, RadarBangsa.co.id — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri Sidang Terbuka Promosi Doktor Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudi Setiawan di Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Senin (3/11/2025). Sidang yang berlangsung di Ruang Adi Sukadana, Gedung A Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR itu menjadi sorotan karena mengangkat tema yang jarang dibahas: peran polisi dalam pemulihan sosial di wilayah konflik.
Irjen Pol Rudi Setiawan, yang dikenal memiliki rekam jejak panjang dalam penanganan keamanan di berbagai daerah, memaparkan disertasi berjudul “Cerita dari Mesuji: Studi Fenomenologi Tentang Menjadi Polisi di Daerah Konflik.” Dalam sidang terbuka tersebut, ia menerima apresiasi luas dari para penguji. Dari sepuluh penguji yang hadir, seluruhnya memberikan penilaian sangat baik. Hasilnya, Rudi dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan”.
Sejumlah tokoh penting turut hadir, di antaranya Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto, Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim Kuntadi, Pangdiv II Kostrad Mayjen TNI Susilo, serta Irjen Pol (Purn) Toni Harmanto. Kehadiran para pejabat lintas institusi ini menunjukkan besarnya perhatian terhadap isu sosial dan keamanan yang diangkat dalam penelitian Rudi Setiawan.
Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah memberikan apresiasi tinggi terhadap karya ilmiah tersebut. Ia menilai disertasi Rudi memberi pandangan baru tentang bagaimana aparat kepolisian tidak hanya berperan sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai agen sosial yang berkontribusi pada pemulihan kepercayaan dan harmoni masyarakat.
“Apa yang disampaikan oleh promovendus benar sekali,” ujar Khofifah. “Saya masih ingat di masa pemerintahan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), wilayah Mesuji sering kali menjadi perhatian nasional karena konflik perebutan lahan yang berkepanjangan. Saat itu, aparat di lapangan bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga menjadi mediator, penjaga stabilitas, dan pengayom bagi masyarakat.”
Khofifah menekankan bahwa kompleksitas sosial di wilayah konflik seperti Mesuji membutuhkan pendekatan yang lebih manusiawi dan kolaboratif. Polisi, menurutnya, dituntut tidak hanya menindak pelanggaran, tetapi juga membangun kepercayaan sosial di tengah masyarakat yang dilanda ketegangan.
“Betapa tingkat konflik sosial di sana sangat kompleks. Maka pendekatan musyawarah, negosiasi, dan empati menjadi kunci utama. Polisi harus mampu hadir sebagai solusi, bukan hanya sebagai aparat,” lanjutnya.
Ia pun mengapresiasi pandangan Rudi Setiawan yang menegaskan bahwa polisi memiliki peran ganda dalam masyarakat.
“Kalimat ‘Polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi juga agen pemulihan sosial’ sangat dalam maknanya,” kata Khofifah. “Kalimat itu menggambarkan idealisme yang seharusnya menjadi semangat bagi seluruh aparat negara. Jika semua institusi bisa merepresentasikan dirinya sebagai agen pemulihan sosial, harmoni di masyarakat akan lebih mudah terwujud.”
Disertasi Irjen Pol Rudi Setiawan menjadi refleksi penting bagi institusi kepolisian di tengah dinamika sosial yang terus berkembang. Dengan pengalaman lapangan di wilayah konflik, Rudi menunjukkan bahwa keberhasilan menjaga keamanan tidak hanya bergantung pada kekuatan hukum, tetapi juga pada kemampuan membangun kepercayaan dan empati sosial.
Gubernur Khofifah menutup sambutannya dengan harapan agar hasil penelitian tersebut dapat menjadi inspirasi bagi aparat kepolisian di seluruh Indonesia. “Kita perlu lebih banyak pemikiran seperti ini—yang membumikan nilai kemanusiaan di tengah tugas penegakan hukum,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin









